P3M Menyelenggarakan Seminar & Bedah Buku atas Karya Dosen IAI Ibrahimy (Ainun Najib, MH), kegiatan tersebut diselenggarakan pada Jum'at yang pekan lalu, yang dihadiri oleh 1900 peserta dari berbagai kalangan, Akademisi, Dosen, Mahasiswa, Tokoh Masyarakat, dll. hadir sebagai pembanding 1). KHR. Ach. Azaim Ibrahimy, 2). KH. Muhyiddin Abdussomad (Pengasuh PP. Nurul Islam Jember).
Cuplikan Buku:
Raden Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan Kiai Syamsul Arifin adalah
merupakan sosok abdi ilmu yang tak kenal lelah. Dimanapun beliau tinggal di
situlah beliau mendermakan ilmunya bagi siapa saja yang memerlukan. Perjalanan
hidupnya seolah menjadi pengembaraan untuk menyebarkan ilmu di jalan Allah yang
dilaluinya dengan berbagai cara dan pendekatan. Di pesantren Sidogiri Pasuruan,
beliau tercatat sebagai santri senior yang turut mengajar adik-adik tingkatnya.
Di pesantren Kembang Kuning Pamekasan beliau sebagai penerus estafet
kepemimpinan ayahandanya dalam membina pesantren dan mengajarkan ilmu-ilmu
keislaman. Pengembaraannya ke ujung timur pulau Madura juga tak luput dari
missi dakwah islamiyah yang beliau
emban, membantu mengajar di pesantren Guluk-guluk, hingga berhasil membangun
pesantren secara mandiri di Ganding Sumenep.
Demikian halnya ketika beliau mengembara ke pulau Jawa. Beliau cukup lama
membantu mengajar di pesantren Keasambirampak Kapongan Situbondo, hingga
akhirnya berhasil mendirikan pesantren di ujung timur pulau Jawa, tepatnya di
Dusun Sukorejo, dan menjadi tujuan akhir dari pengembaraannya. Di dusun inilah
beliau membangun dan membina pesantren yang kemudian dikenal dengan pesantren
Sukorejo atau Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo.
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo merupakan salah
satu pesantren tua di Nusantara yang eksistensinya terus mengalami perkembangan
yang begitu pesat hingga hari ini. Kebesaran pesantren Sukorejo tentu karena
senantiasa mampu menjawab segala kebutuhan serta tuntutan sesuai dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun di satu sisi,
pesantren Sukorejo tetap berpegang teguh pada jati dirinya sebagai pesantren
salaf yang senantiasa mempertahankan tradisi-tradisi keislaman dengan sumbu
utamanya pada pendekatan hubungan dengan
Allah dan hubungan sosial beserta hukum-hukum yang berlaku di dalamnya (hablum
minallah wa hablum minan nas). Sebuah doktrin nilai
yang telah tertanam kuat, dan tidak mengalami pergeseran sedikitpun sejak
pesantren ini didirikan pertama kali oleh Kiai Syamsul Arifin.
KHR. Syamsul Arifin adalah salah satu tokoh penting pesantren dalam hubungannya
sebagai inspirator bagi para pejuang, pendekar, ahli pengobatan, dan guru
spiritual yang ada. Maka tentu membaca sejarah kehidupannya juga berarti
membaca bagian-bagian penting—kalau tidak dikatakan sangat penting—sejarah
bangsa negara kita serta relasi agama-bangsa hingga pada wejangan-wejangan,
pemikiran-pemikiran, ide-ide cerdas serta keteladanan beliau yang menjadi
sumbangsih penting dan manfaat bagi kehidupan umat manusia, khususnya insan
pesantren sebagai individu dari komunitas masyarakat muslim Nusantara. Selengakapnya dapatkan bukunya dipertokoan PP. Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo