Suatu ketika ada seorang teman berceita perihal kegagalan dalam kenaikan jenjang pendidikan, dia menyampaikan, memang ada satu pelajaran yang memang tidak disukai sama sekali dan mungkin juga banyak orang yang tidak menyukainya.
Kenapa demikian, karena memang mand set sejak kecil sudah terbentuk untuk tidak menyukai pelajaran tersebut, ditambah lagi pendekatan sistem pembelajaran yang selama ini terjadi pada posisi penuh dengan ketegangan, pembelajaran yang membosankan dan belum lagi kalau yang mengajar selalu menjadikan sanksi fisik sebagai solusinya’.
Guru hadir untuk membantu peserta didik, supaya ia mampu mengolah potensinya sehingga berkembang dengan maksimal, membimbing sehingga peserta didik mencapai pada posisi meraih apa yang dicita-citakannya. Guru seharus pula mampu membangun pada bilief-bileef peserta didiknya sehingga terbangun minset positif untuk perkembangannya. dan terurai dengan baik,
Semenstinya guru mampu mendesain sistem pembelajaran pada kondisi level yang menjamin kondusifitas ruang kelas, memahami akan pentingnya penguasaan kelas.
Menciptakan suasana kondusif dan menguasai dalam kelas bukan berarti guru mampu membuat peserta didik tidak ramai, gaduh dan riuh dll. Menciptakan suasana kondusif yakni, bagaimana siswa merasa nyaman, enjoy disaat dia belajar, enjoy juga secara psikologisnya, tidak tertekan dll. Biarkan siswa mengoptimalkan segala potensi imajinasi yang dimiliki, janganlah menjadikan pendidikan sebagai tempat yang menakutkan bagi mereka, jangan pula memperlakukan mereka dengan arogansi yang dengan alasan yang tidak jelas.
Guru haruslah mampu memahami tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kemapanan integensinya, kesiapan – kesiapan pribadinya. Seseorang menjadi guru itu disebabkan karena kemampuannya, baik itu dalam kemampuan Akademiknya maupun profesionalisme yang dimilikinya. Selama ini yang terjadi .........................
Oleh karenanya, semestinya guru tidak memaksakan diri agas peserta didik ikut larut dalam pikiran pemahamannya, melainkan bagaimana guru mampu memahami peseta didik, untuk kemudian memasuki dunianya. Disanalah guru akan memahami bagaimana keadaan anak didiknya termasuk metode penyampaian materinya.
Kalaupun dalam materi pelajaran memerlukan pembahasan intens disebabkan karena tingkat kesulitan dan kerumitannya. Maka guru haruslah mampu menyampaikannya dengan menyederhanakannya, sehingga peserta didik akan mudah memahaminya. Bukankah tugas guru itu, “Menjadikan yang abstrak untuk kongkrit”, menjadikan yang sulit untuk mudah, menjadikan yang rumit menjadi sederhana.
Itulah sebagian dari tugas guru, jadi, tidaklah sesederhana apa-apa yang telah dipersepsikan selama ini, bahwa guru hanyalah mengajar mengajar dari kelas satu kekelas yang lainnya, dari satu materi kemateri berikutnya, tanpa memberikan perhatian lebih kepada peserta didiknya.
Guru sebagai pendidik memiliki posisi kongkrit, dia hadir dengan tugas yang sangat sempurna.
Tugas seorang guru itu sama dengan tugas seorang dokter yang harus mampu melakukan diagnosa terhadap penyakit yang diderita pasiennya, melakukan pemeriksaan yang hati-hati dan memberikan obat yang sesuai dengan penyakitnya. Begitulah guru, kesalahan pendekatan pembelajaran akan berdampak pada optimalisasi dan tingkat perkembangan yang akan diraih oleh peserta didik.