Sebagaimana yang disampaikan al-Ghazali yang dikutip dalam pengantar buku Mendidik dengan Cinta,
“Anak-anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya,
dan hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Karenanya, jika dibiasakan pada kebaikan dan diajarkan kebaikan kepadanya, maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan akan berbahagialan di dunia dan akhirat.
A. Pendahuluan
Hadits merupakan sumber ajaran Islam setelah al-Qur'an. "Hadits atau disebut juga dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada Nabi SAW., baik berupa perketaan, perbuatan, atau ketetapan Nabi.
Ulama’ hadist memberikan pengertian hadist sebagai berikut :
مَانُقِلَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلٍ أَوْفِعْلٍ أَوْتَقْرِيْرٍأَوْغَيْرِذلِكَ
Artinya : “Segala sesuatu yang dinukil dari Nabi saw., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrirnya, atau selain itu.
B. Pembahasan
1. Kemuliaan Ilmu
Seseorang yang memiliki keluasan ilmu akan mengantarkannya pada posisi yang mulya, jika dapat memposisikan ilmunya untuk kemashlahatan ummat. Dengan ilmu seseorang akan dapat meraih apa yang diinginkannya, termasuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seperti hadits yang diambil dari Fathul Bari syarah Shahih Bukhori, sabda Nabi Saw.:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَاْلأخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (الحديث)
Artinya: “Siapa menginginkan kebahagiaan dunia, hendaknya ia mempunyai ilmu, siapa menginginkan kebahagiaan di akhirat, hendaknya ia mempunyai ilmu, siapa menginginkan kebahagiaan dikeduanya (dunia dan akhirat), hendaknya juga mempunyai ilmu”.
2. Pentingnya Pendidikan
Pendidikan pada umumnya merupakan sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena membawa perubahan individu samapai keakar-akarnya. Pendidikan kembali akan merobohkan tumpukan pasir jahiliyah (kebodohan), membersihkan kemudian menggantikannya dengan bangunan nilai-nilai baru yang lebih baik, kokoh (dewasa), dan bertanggung jawab. Pada saat pertumbuhan anak, perlu ditanamkan nilai-nilai tersebut sejak dini sehingga sejalan dengan fitrahnya. Anak bagaikan benih yang harus ditanam di tempat persemaian yang cocok, agar cepat berkembang, dan orang tua (pendidik) dapat memeliharanya. Oleh karenanya mereka perlu diberi materi yang sesuai, dijaga dari bahaya yang dapat mengganggu atau menyebabkan pertumbuhannya berkembang secara tidak normal.
Dalam beberapa hal, Nabi seringkali menjelaskan akan pentingnya pendidikan pada setiap generasi muslim laki-laki dan perempuan.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”.
Dalam hadits lain beliau juga bersabda:
أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Artinya: “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”.
اطلبوا العلم من المهد الى اللحد (رواه ابن عبد البر)
Artinya: “Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke liang lahat". (HR. Ibnu Abdul Bar)
3. Pendidikan Untuk Anak Usia Dini
Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan kepada anak usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan pendidikan pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang didalamnya memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran, dimana Islam mengajarkan tentang pentingnya proses pembentukan generasi muslim dari sejak sedini mungkin untuk membangun pribadi-pribadi muslim yang kaffah (sempurna).
Beberapa landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak usia dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:
قالَ رَسُولُ الله ِصَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّيُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى)
Artinya : “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri), sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhori)
أَكْرِمُواأَوْلاَدَكُمْ،وَأَحْسِنُواأَدَبَهُمْ
Artinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.”
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا ( رواه البخارى)
Artinya : “ Paling baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. “ (H.R. Bukhori)
‘Amru bin ‘Atabah pernah memberikan pegangan kepada para pengasuh anaknya dengan berkata :
لِيَكُنْ أَوَّلُ إِصْلاَحِكَ لِوَلِدَى إِصْلاَحَكَ لِنَفْسِكَ فَإِنَّ عُيُوْنَهُمْ مَعْقُوْدَةٌبِعَيْنِكَ,فَاالْحَسَنُ عِنْدَهُمْ مَاصَنَعْتَ وَالْقَبِيْحُ عِنْدَهُمْ مَاتَرَكْتَ
Artinya : “ Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka selalu terikat kepada anda. Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan, dan mereka menganggap jelek segala yang anda jauhi.”
C. Penutup
Al-Hadist telah mensyariatkan kepada orang tua untuk memberikan pendidikan kepada anaknya sejak dini mungkin, memberikan pengetahuan tauhid, pengenalan terhadap tuhannya, syari’at yang ditetapkannya, dan mengajarkan akan perintah dan larangannya.
D. Referensi
1. Al-Hafizh Aby Abdillah Muhammad Bin Yazid Al-Qaz Winy Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz. 2, (Bairut : Dar Al-Fikri, tt.), hlm. 1211.
2. Bukhori, Jawahirul Al-Bukhori (Al-Hidayah), No. Hadist. 170, Bairut : Dar Al-Fikri, tt.
3. Imam Jalal ad-Din Abdur Rohman bin Abi Bakr al-Syuyuthi, Al-Jami’ al-Shoghir, Beirut: Darul Fikr: Maktabatul Ilmi, tt
4. Istiadi, Irawati, Mendidik dengan Cinta, Bekasi: Pustaka Inti, 2009
5. Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ilmu Hadist, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1993
6. Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim, Shohih Al-Bukhori, Juz 8, Bairut : Dar Al-Fikr, 1981
7. Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007
8. Umar Hasyim, Anak Sholeh (Cara Mendidik Anak Dalam Islam), Cet. II, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1985