Jumat, 17 Desember 2010

PESAN-PESAN NABI ; TENTANG PENDIDIKAN ANAK

Sebagaimana yang disampaikan al-Ghazali yang dikutip dalam pengantar buku Mendidik dengan Cinta,

“Anak-anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya,
dan hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Karenanya, jika dibiasakan pada kebaikan dan diajarkan kebaikan kepadanya, maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan akan berbahagialan di dunia dan akhirat.

A. Pendahuluan
Hadits merupakan sumber ajaran Islam setelah al-Qur'an. "Hadits atau disebut juga dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada Nabi SAW., baik berupa perketaan, perbuatan, atau ketetapan Nabi.
Ulama’ hadist memberikan pengertian hadist sebagai berikut :
مَانُقِلَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلٍ أَوْفِعْلٍ أَوْتَقْرِيْرٍأَوْغَيْرِذلِكَ
Artinya : “Segala sesuatu yang dinukil dari Nabi saw., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrirnya, atau selain itu.

B. Pembahasan
1. Kemuliaan Ilmu
Seseorang yang memiliki keluasan ilmu akan mengantarkannya pada posisi yang mulya, jika dapat memposisikan ilmunya untuk kemashlahatan ummat. Dengan ilmu seseorang akan dapat meraih apa yang diinginkannya, termasuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seperti hadits yang diambil dari Fathul Bari syarah Shahih Bukhori, sabda Nabi Saw.:

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَاْلأخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (الحديث)
Artinya: “Siapa menginginkan kebahagiaan dunia, hendaknya ia mempunyai ilmu, siapa menginginkan kebahagiaan di akhirat, hendaknya ia mempunyai ilmu, siapa menginginkan kebahagiaan dikeduanya (dunia dan akhirat), hendaknya juga mempunyai ilmu”.

2. Pentingnya Pendidikan
Pendidikan pada umumnya merupakan sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena membawa perubahan individu samapai keakar-akarnya. Pendidikan kembali akan merobohkan tumpukan pasir jahiliyah (kebodohan), membersihkan kemudian menggantikannya dengan bangunan nilai-nilai baru yang lebih baik, kokoh (dewasa), dan bertanggung jawab. Pada saat pertumbuhan anak, perlu ditanamkan nilai-nilai tersebut sejak dini sehingga sejalan dengan fitrahnya. Anak bagaikan benih yang harus ditanam di tempat persemaian yang cocok, agar cepat berkembang, dan orang tua (pendidik) dapat memeliharanya. Oleh karenanya mereka perlu diberi materi yang sesuai, dijaga dari bahaya yang dapat mengganggu atau menyebabkan pertumbuhannya berkembang secara tidak normal.
Dalam beberapa hal, Nabi seringkali menjelaskan akan pentingnya pendidikan pada setiap generasi muslim laki-laki dan perempuan.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”.
Dalam hadits lain beliau juga bersabda:
أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Artinya: “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”.
اطلبوا العلم من المهد الى اللحد (رواه ابن عبد البر)
Artinya: “Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke liang lahat". (HR. Ibnu Abdul Bar)

3. Pendidikan Untuk Anak Usia Dini
Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan kepada anak usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan pendidikan pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang didalamnya memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran, dimana Islam mengajarkan tentang pentingnya proses pembentukan generasi muslim dari sejak sedini mungkin untuk membangun pribadi-pribadi muslim yang kaffah (sempurna).
Beberapa landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak usia dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:
قالَ رَسُولُ الله ِصَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّيُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى)

Artinya : “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri), sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhori)
أَكْرِمُواأَوْلاَدَكُمْ،وَأَحْسِنُواأَدَبَهُمْ
Artinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.”
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا ( رواه البخارى)
Artinya : “ Paling baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. “ (H.R. Bukhori)

‘Amru bin ‘Atabah pernah memberikan pegangan kepada para pengasuh anaknya dengan berkata :
لِيَكُنْ أَوَّلُ إِصْلاَحِكَ لِوَلِدَى إِصْلاَحَكَ لِنَفْسِكَ فَإِنَّ عُيُوْنَهُمْ مَعْقُوْدَةٌبِعَيْنِكَ,فَاالْحَسَنُ عِنْدَهُمْ مَاصَنَعْتَ وَالْقَبِيْحُ عِنْدَهُمْ مَاتَرَكْتَ
Artinya : “ Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka selalu terikat kepada anda. Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan, dan mereka menganggap jelek segala yang anda jauhi.”

C. Penutup
Al-Hadist telah mensyariatkan kepada orang tua untuk memberikan pendidikan kepada anaknya sejak dini mungkin, memberikan pengetahuan tauhid, pengenalan terhadap tuhannya, syari’at yang ditetapkannya, dan mengajarkan akan perintah dan larangannya.

D. Referensi
1. Al-Hafizh Aby Abdillah Muhammad Bin Yazid Al-Qaz Winy Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz. 2, (Bairut : Dar Al-Fikri, tt.), hlm. 1211.
2. Bukhori, Jawahirul Al-Bukhori (Al-Hidayah), No. Hadist. 170, Bairut : Dar Al-Fikri, tt.
3. Imam Jalal ad-Din Abdur Rohman bin Abi Bakr al-Syuyuthi, Al-Jami’ al-Shoghir, Beirut: Darul Fikr: Maktabatul Ilmi, tt
4. Istiadi, Irawati, Mendidik dengan Cinta, Bekasi: Pustaka Inti, 2009
5. Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ilmu Hadist, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1993
6. Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim, Shohih Al-Bukhori, Juz 8, Bairut : Dar Al-Fikr, 1981
7. Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007
8. Umar Hasyim, Anak Sholeh (Cara Mendidik Anak Dalam Islam), Cet. II, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1985

Kamis, 06 Mei 2010

Renunganku



Memilihlah Akhii ....
Oleh : Hariyanto Al-Rhandy
Yogyakarta.

Dalam hidup ini banyak hal yang ada disekitar kita, yang keberadaannya harus kita prioritaskan sebagai sebuah pilihan. Pilihan itu sifatnya bisa berujud sederhana, sedang, hingga yang keberadaannya istimewa. dan semua sifat itu bergantung apakah akan kita pandang sebagai sesuatu yang rumit ataupun sedarhana, Sehingga kita akan mampu meraihnya dengan keberhasilan.
Oleh karenanya, Ketika kita memutuskan untuk menjadi Tholibul Ilmi (Pencari Ilmu), maka yakinilah bahwa keputusan itu adalah merupakan pilihan mulia yang posisinya sangatlah agung, tidak hanya karena statusnya yang memang agung dan mulia, tetapi keagungan itu terujud karena kita sudah menjadi generasi yang akan menjadi penerus dari sebuah ajaran Suci ini, penerus yang akan menegakkan kalimat Lailaha Ilallah (pinjam bahasa Fauzil Adzim).
Waba’du, Pada realitasnya, kita sering kali bingung apa yang harus kita prioritaskan sebagai pilihan, kadang kita tidak mengerti apakah yang kita lakukan ini sebagai sesuatu yang sudah menjadi pilihan adanya, atau hanya menjadi pengisi waktu senggang saja. Atau malah menjadikan segala sesuatunya sebagai pilihan, padahal diri ini memiliki keterbatasan-keterbatasan. Akhirnya jadilah kita menjadi orang yang tidak fokus, dan tidak bisa dalam hal apapun, dan menjadi setengah dalam hal yang padahal kita mengetahuinya. Dalam dunia pendidikan, Profesional adalah orang yang memiliki keahlian dibidangnya namun juga memiliki latar akademik yang membuktikannya..
Apa yang akan kita raih dalam kehidupan ini, adakah sejarah yang mampu kita sumbangkan sebagai bukti dari “Khairunnaas Anfauhum Linnaas”. Berfikirlah bijaksana, lakukanlah dengan merencanakan apa yang menjadi cita-cita kita, kemudian bingkailah atau ukurlah dengan setiap kemampuan yang ada. Setelah itu pilihlah sesuatu yang sederahana. Sederhana maksudnya adalah sesuatu yang mungkin kita bisa melakukannya dengan perencanaan yang baik, tunjukkan bukti etos kerja yang sungguh-sungguh, fokus, sehingga menghasilkan apa yang sudah kita rencanakan. Tetaplah memasang niat sebagai pegangan supaya semuanya menjadi catatan amal dalam setiap aktivitas langkah. Kalaupun masih terjadi hambatan dan kesulitan, maka yakinilah bahwa rintangan itu menjadi sesuatu yang amat sederhana, dan tunjukkan bahwa kita mampu menyelesaikannya (bukan meremehkan masalah). Bukankah Allah sudah menegaskan dalam firmannya, bahwa didalam sebuah kesulitan sebenarnya ada dimensi kemudahan dan jalan keluarnya. Hadirkanlah dengan kesabaran dan kesabaran.
Ciptakanlah mindset (cara berfikir) positif dalam otak, bahwa kita memiliki kemampuan untuk melakukan hal apapun. Minsed postif akan mempengaruhi sikap dan perilaku untuk memberikan motivasi dan dorongan untuk selalu menghadapi rintangan dengan senyuman. Janganlah mempersepsikan negatif sebelum kita menguji bahwa ada kemampuan pada diri kita. Hanya orang-orang yang berjiwa kerdillah yang selalu takut menghadapi setiap masalah, dan rintangan.
Ketika pilihan pertama sudah kita raih sebagai keberhasilan, maka bukalah buku rencana hidup kita, bukankah kita masih memiliki cita-cita dan harapan, kemudian langkahkan kerencana yang lebih tinggi lagi. Ingat.... ! keberhasilah yang kita lalui pertama itu, bukan keberhasilan mutlak dan yang paling tinggi, karena semuanya dilakukan untuk menjadi wasilah, jalan, proses meraih cita-cita dan keberhasilan yang lebih baik.
Dengan keberhasilan yang lebih tinggi, sudah pasti konstribusi kita akan lebih dirasakan oleh banyak orang, bisa berbagi dengan siapapun saja disaat kita meraih keinginan, apapun yang kita raih dan nikmati tanpa harus lupa terhadap status dari mana kita berasal. Jadilah kita orang-orang yang pandai bersyukur atas sesama.
Pada akhirnya, kita haruslah merasakan kebermaknaan dari setiap pilihan yang kita lakukan akan bermuara pada pencapaian kepuasan batiniyah yang itu tetap akan menundukkan dan mensujudkan jiwa ini kepada yang Maha Menciptakan. Semoga.